Senja di Teluk Penyu

Menjelang senja, di Kota Cilacap, Jawa Tengah. Angin Pantai Teluk Penyu begitu sejuk. Embusannya terasa berbeda dengan angin laut pada umumnya. Ada percampuran angin dari perbukitan yang ada di sisi kanan pantai. Pantainya yang bersih mengundang kita untuk berendam di sana.

Anak-anak muda bermain bola di pantai dengan pasirnya yang landai. Sebagian duduk di gudukan pasir sambil menikmati semilir anginnya. Anak-anak, orang dewasa dan orang tua berenang. Tak sedikit juga orang yang memancing di ujung jalan setapak yang mengarah ke laut.

“Anginnya sejuk dibandingkan angin laut lainnya. Mungkin akibat ada percampuran angin dari perbukitan,” ujar Turman Siagian, Kepala Humas Humas Depbudpar.

Kawasan pantai ini membujur dari utara ke selatan. Memanjang dari Pelabuhan Perikanan Samudra sampai ke arah Kepulauan Nusakambangan. Di Pantai Teluk Penyu kita bisa menikmati ombak yang besar dan kapal-kapal tanker di tengah lautan. Pun kapal-kapal nelayan yang bersiap diri mencari ikan. Persisnya sekira delapan kilometer dari arah timur Kota Cilacap.

Di awal September saya berada di kawasan pantai itu bersama rombongan dari Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. Sejuknya angin pantai seakan tidak bisa ditinggalkan. Angin yang menerobos pepohonan kelapa semakin membuat keasyikan tersendiri. Sambil menikmati air kelapa muda pelepas dahaga, semakin lengkap suasana pantai yang dirasakan.

Suasana bahari menjadi nilai jual wisata yang cukup memadai. Di gerbang pintu masuk, pengunjung disuguhi kios-kios yang menjual anekaaksesoris khas kawasan itu. Dari pejual tirai dan lampu hias yang terbuat dari kulit kerang sampai rumah makan.

Teluk Penyu dulunya adalah kawasan singgah dan surga bagi penyu yang akan berkembang biak . Kini, semua itu telah sirna. “Soal penyu, itu cerita dulu. Sekarang yang harus dipikirkan pemerintah daerah adalah menjaga agar pantainya selalu bersih dan wisatawan betah berkunjung ke sini,” ujar Turman

Tak hanya pantai yang bisa dinikmati di Teluk Penyu. Ada peninggalan sejarah yang layak untuk kita temui. Adalah Benteng Pendem atau Kusbatterij op de Lantong te Cilacap. Benteng pertahanan penjajahan Hindia Belanda yang letaknya hanya 100 meter dari bibir pantai.

Benteng ini begitu unik. Sekilas tak seperti benteng pada umumnya. Disebut Benteng Pendem karena ditutupi tanah sedalam tiga meter. Ini adalah siasat agar markasnya tidak diketahui musuh dari udara. Benteng ini diperkirakan mulai dibangun pada tahun 1861 dengan luas 6,5 hektar.

Sudah sekian lama keberadaan benteng itu, baru pada tahun 1986 dilakukan penggalian. Saya menelusuri setiap ruang benteng. Menelurusi tempat makan pasukan, barak, ruang pengobatan, sampai ruang tahanan. Suasananya mengerikan. Tak ada penerang untuk dapat melihat dengan jelas lorong benteng.

Benteng itu masih diisi semak belukar. Di setiap sudutnya masih terus dilakukan penggalian dan renovasi. Benteng ini dikelilingi sungai-sungai sebagai salah satu pertahanan agar musuh tidak mudah masuk menyerang benteng.

Saya sempat berhenti di ruangan tahanan yang sempit dan kelihatan menyeramkan. Tak ada cahaya sama sekali. Saya hanya mengandalkan lampu dari kamera untuk bisa melihat lorongnya. Suasana sama juga terasa di ruang penyiksaan.

Dari Teluk Penyu ini pun sebenarnya kita bisa langsung menyeberang ke Pulau Nusakambangan. Pulau yang dikenal sebagai prodeo kelas kakap yang banyak menyimpan misteri. Dari pelabuhan rakyat, hanya menempuh jarak 15 menit. “Jalurnya memutar dulu. Tidak perlu minta izin ke pelabuhan khusus Nusakambangan,” ujar Rohimin, nelayan setempat.

Matahari sudah akan terbenam. Pantai Teluk Penyu sudah kian sepi. Saya bergegas meninggalkan lokasi. Angin laut semakin kencang. Para nelayan sudah terlihat bersiap diri mengarungi lautan.
Reactions

Posting Komentar

0 Komentar

Close Menu