Saya bingung. Saat ada sela memotong ocehannya, saya bertanya, “Anda siapa,” tanya saya.
“Gue, Jojo. Jojo Paramek,” jawabnya. “Kapan elu kawin lagi,” tanya balik. Saya cuma ketawa.
Jojo memang teman lama saat saya tinggal di Samarinda, Kalimantan Timur beberapa tahun yang lalu. Tapi, saya tidak pernah tahu nama aslinya. Panggilan belakangnya memang Paramex. Ini sejenis obat warungan untuk orang yang sakit kepala. Obat ini hampir setiap hari dikonsumsinya. Sehari, ia bisa menghabiskan
Suatu hari saya menanyakan sebab ia candu obat itu. Ia menjawabnya, “sudah lama dijalani”. Ia kerap pusing jika melihat tubuh wanita yang seksi. Apalagi ketika pandangannya menatap langsung payudara. Makanya, obat itu selalu di selipkan di saku.
“Kawan, kepala gue pusing nih. Kenapa gue naik angkot.
Waduh! acuhkan saja cerita tentang namanya. Saya hanya akan menceritakan tentang dia yang lainnya. Ia bertubuh tidak tinggi-tinggi banget. Rambutnya selalu krimis dan sedikit botak. Kulitnya rada hitam. Setiap hari, ia membawa tas sempang kecil berwarna hitam. Selalu mengenakan sandal jepit.
Ia pernah jadi wartawan dan mengiklarkan diri sebagai wartawan bodrek, alias yang sering minta duit kalau kantong lagi kempes. Tapi, ia selalu berani berhadapan dengan sumbernya, jika ada wartawan idealis yang dituding sama dengan kelakuannya.
Ini juga ada ceritanya yang pernah saya alami. Seorang Kepala Polisi
Saya marah dengan cara diplomasi sambil mengajukan pertanyaan tentang kasus penangkapan aktifis mahasiswa di
Usai itu, saya bercerita masalah itu dengan Jojo. Ia marah dan langsung mendatanginya. Ia langsung memberikan argumentasi bahwa semua wartawan tidak sama denga tuduhan polisi itu. “Anda bisa nyebut saya wartawan suap, tapi jangan orang itu (saya) yang dituduh sama,” kecam dia. Polisi itu diam dan akhirnya minta maaf.
Kabar terakhir yang saya tahu. Ia tidak lagi menjadi wartawan. Ia menjadi pengecer minyak tanah dan kayu illegal. Ia banyak tahu, permainan dunia illegal logging yang banyak terjadi di
“Sekarang, gue lagi nganggur. Mau cari bisnis lain nih. Tetap yang illegal. Lebih gede duitnya. Daripada bikin kayak negara, tapi uangnya dikorupsi juga. Mending gue kaya diri sendiri,” ujarnya dia, beberapa menit sebelum menutup teleponnya.
0 Komentar