Hobi yang satu ini ibarat menjadi tentara. Tidak hanya anak-anak, orang dewasa pun senang memiliki dan menikmatinya. Di awal tahun 2000-an, hobi ini sempat marak di
Sayangnya, semakin lama perdagangan replika senjata api makin diperketat. Sebab, sering berdampak kecelakaan bagi anak-anak. Bahkan orang dewasa pun tak jarang menyalahgunakannya untuk tujuan kejahatan.
Permainan dengan replika senapan militer berbagai jenis ini memang cukup menarik perhatian, terutama di kalangan pria. Oleh pembuatnya, replika senjata api itu dirancang mirip aslinya. Pelurunya berupa pelet karet bulat.
Sumber tenaga untuk memberikan lontaran peluru dari mainan replika senjata ini, ada beberapa cara, dan dibuat sesuai keinginan.
Mainan replika senjata api pertama kali marak didagangkan di Jepang pada tahun 1970 untuk mengakomodasi kebutuhan pengemar. Karena, masyarakat setempat tidak dibolehkan memiliki senjata api untuk kalangan sipil.
Akhirnya, mainan replika senjata berhasil masuk ke
Nasir, 34 tahun, salah seorang pedagang di Pasar Gembrong, Cipinang, Jakarta Timur mengatakan, pada awal tahun 2000-an hingga 2005, ia sempat menjual berbagai jenis replika senjata. Bentuknya mulai yang kecil sampai yang mirip jenis senjata mesin.
Namun mainan ini kini sudah tidak bebas dijual. Pedagang diharuskan memiliki lisensi dari kepolisian. Bagi yang tidak punya lisensi, dagangannya akan disita oleh petugas. “Sekarang nggak dibolehkan lagi. Dulu, semua jenis senjata ada. Banyak orang beli. Anak-anak sampe orang dewasa. Pokoknya laku keras. Apalagi pas lebaran. Gue untung gede,” ujarnya.
“Harganya tentu lebih murah dibanding yang dijual di toko. Sekitar Rp50 ribu sampai Rp250 ribu. Tergantung jenisnya. Replika pistol hingga jenis SS (senjata serbu) juga ada,” kata Nasir.
Hadi Wibowo, pedagang mainan replika senjata berlisensi di Mangga Dua,
“Seharusnya, pemainnya dilengkapi kaca mata pelindung. Sebab, anak-anak sering kena matanya. Tak heran, penjualan replika senjata api akhirnya dilarang. Pedagang pun harus memperoleh
Banyak jenis senjata mainan yang ditawarkan para pedagang berlisensi. Mulai dari pistol, jenis senjata serbu (SS), dan sniper model G3. Jenis M16 keluaran Amerika dan H&K MP5 keluaran Jerman adalah replika yang banyak digemari. Karena, kedua jenis ini dianggap kokoh. Harganya pun bervariasi. Berkisar antara Rp850 ribu. Bahkan ada juga yang seharga Rp3 juta.
Replika senjata api yang paling menarik diminati adalah pistol tipe UZI. Jenis ini bentuknya kecil dan mungil. Selain itu, terasa pas digenggam. Walaupun kecil, ternyata kapasitas peluru mencapai 32 butir. Tak kalah mungil, tipe 14 (Nambu) buatan Jepang. Jenis ini punya kapasitas delapan peluru.
Replika senjata api tentu hanya sekadar koleksi. Atau sekadar dijadikan pajangan di rumah. Tak sedikit juga dijadikan untuk melatih keterampilan di waktu senggang. “Lebih baik senjata ini dimainkan di tempat sepi dengan target bidikan benda apa pun. Jangan dibidikkan pada orang,” ujarnya lagi.
Tidak harus selalu di tempat terbuka. Di ruang tertutup pun, mainan replika senjata api juga dapat digunakan. Yang terpenting, tidak salah sasaran. Karena, risiko pantulan peluru karet cukup membahayakan pada bagian mata. Maka, sebagai pelindung, perlu sarana tambahan. Baik berupa pakaian, jaket, mask (penutup muka) dan gogle (alat pelindung mata).
Jenis pistol replika berpeluru karet dijual Rp 20 ribu. Makin canggih fitur pistol, makin mahal harganya, berkisar Rp 80-250 ribu. Pistol replika seharga Rp 250 ribu ini dilengkapi infrared, vibrator, charger, dan kacamata khusus. Charger berfungsi sebagai pengganti gas yang digunakan sebagai pendorong peluru. Secanggih dan semirip apa pun replika senjata api itu, pemilik harus bertanggung jawab demi keselamatan fisik dan jiwa orang lain.
6 Komentar
email bagus.silkargo@samindosub.co.id