Akhir Pekan di Blok S

Menjelang sore, kawasan Blok S, Jakarta Selatan ramai pengunjung. Area parkir motor dan mobil tumpah hingga jalanan. Tak sedikit juga orang datang dengan kendaraan umum. Tempat itu seperti pasar saja. Bangku dan meja tak pernah sepi dari tamu.

Tempat itu lebih dikenal dengan julukan Blok S. Tepatnya berada di sekitar Jalan Birah II dan Birah III Jakarta Selatan. Agar lebih mudah mencapainya, patokannya adalah tempat ini persis di belakang lapangan sepak bola Blok S. Suasana yang teduh berkat jajaran pohon di sepanjang jalan, membuatnya nyaman dijadikan tepat bersantap di akhir pekan.

Pekan lalu, saya mengunjungi lokasi itu. Bisa dicapai dari arah Blok M maupun Mampang Prapatan, atau melewati Jalan Senopati dan Jalan Suryo. Tidak sulit menemukan tempatnya. Apalagi tempat itu sudah terkenal.

Warung makan berderet sepanjang sekira 200 meter dengan sajian aneka makanan, mulai bakso, steak, es campur, sate ayam, gado-gado sampai nasi goreng. Tempatnya juga santai. Pengunjung seakan tidak ingin menyia-nyiakan waktu untuk menikmati suasananya.

Berakhir pekan ke kawasan itu, rasanya tidak perlu lagi ditunda. Dari kejauhan layaknya pedagang kaki lima. Padahal, kondisinya tertata rapi. Gerobak, bangku, dan meja makan ditata seragam. Tidak perlu takut hujan atau kepanasan, pusat jajanan ini sudah dilengkapi terpal di atas kepala pengunjung.

Warung-warung itu sudah ada sejak tahun 1980-an yang identik dengan julukan pedagang kaki lima. Saat itu, jenis makanannya terbatas. Suasananya juga masih awut-awutan. Jika hujan, pengunjung sepi. Gerobak dan tempat duduk terasa tidak nyaman.

Perubahan itu berlangsung tahun 2004, ketika Pemkot Jakarta Selatan menjadikannya tempat yang nyaman. Dibuatkan gerobak dengan tempat duduk dan mejanya serta terpal peneduh. Semuanya seragam. Sejak itu pula, kawasan ini mulai banyak dikunjungi. Jajanan kali pertama adalah Baso Kumis.

Baso Kumis punya ciri basonya sebesar bola tenis yang ditampung baskom berukuran besar. Yang menarik, pengunjung mengambil sendiri bumbunya. Dari garam, sambal, sampai saosnya. Pedagangnya hanya menuangkan basonya.

Mas Helmy, penanggung jawab Baso Kumis mengatakan, dulu, sebagian besar pengunjung adalah penghuni komplek yang tinggal dekat kawasan itu dan anak-anak sekolah. Suasananya juga panas. Saat musim hujan, tidak banyak pengunjung yang datang. Posisi gerobak satu dengan lainnya saling berjauhan. Ketika ditangani pemkot dan dijadikan pusat jajanan, kondisinya lebih rapi dan pengunjung berdatangan dari berbagai wilayah.

“Sekarang tambah ramai. Bukan cuma orang Indonesia, kadang ada juga bule yang datang. Kalau malam minggu, ramai. Tenang saja, di sini aman dari mabuk-mabukan,” ujarnya.

Pedagang juga menjajakan makanannya a la darurat. Bakso Kumis misalnya, hanya menaruh baskom besar di tengah-tangah pembeli. Ada juga yang meletakkan perabotan di atas sepeda motor. Jika hujan, pembeli menyantap makanan pesanannya di dalam mobil.

Salah seorang pengunjung, Herman warga Depok mengatakan, warung Blok S selain harganya murah meriah, juga banyak pilihan. Sehingga, ia dan keluarga kerap datang di akhir pekan. “Tempatnya juga teduh dan tidak terlalu bising,” ujar dia.

Sudah dua tahun lamanya, Herman dan keluarganya datang ke Blok S. Awalnya , ia mengira tempat ini tak lebih seperti pusat jajanan yang banyak bertebaran di Jakarta yang semakin sering dikunjungi semakin membosankan, Herman kepincut pada tempat ini. Bahkan, tidak enak rasanya jika dalam sebulan tidak datang.

Blok S sudah kian terkenal. Banyak yang datang bergerombolan. Tidak hanya di akhir pekan, hari biasa pun selalu ramai. Dari yang masih mengenakan pakaian kantor sampai anak-anak sekolah. Banyak pula yang datang berpasangan. Blok S, pilihan menikmati makanan dalam suasana santai.

Reactions

Posting Komentar

0 Komentar

Close Menu