Ia langsung bersandar di jok mobil bagian belakang. Di situ sudah ada satu kantung plastik cairan bening. Dan di bagasi mobilnya, ada beberapa kotak dus yang isinya sama. Di bantu supir pribadinya, cairan-cairan itu disiapkan. Ari Tamba membuka baju sebatas perut kirinya. Di situ terlihat pipa plastik (catheter) yang menyatu dengan daging perutnya.
Satu kantung kosong ia taruh di dekat kakinya. Pipanya, disambungkan dengan catheter di bagian perutnya. Ada cairan putih keluar dari catheter di perutnya, meluncur ke kantung kosong tadi. “Ini cairan yang dibuang dulu. Ini cairan lama,” ujar Ari Tamba.
Setengah jam kemudian, cairan pertama terbuang. Ia kemudian menggantung satu kantung yang berisi cairan di dekat kepalanya. Sambungan cairan itu tersambung dengan catheter di perutnya lagi.
Cairan itu mengalir masuk ke dalam perutnya. Belakangan baru tahu, nama cairan itu CAPD alias Continuous Ambulatory Peritoneal Dyalisis. “Ini cairan yang barunya, pengganti cairan yang tadi terbuang,” ujar Ari Tamba. Selesai. Lega, terlihat dari raut wajahnya.
“Ginjal kiri sudah ‘mati’, yang kanan sisa 40 persen yang berfungsi,” ujar Ari Tamba.
Ari Tamba, kelahiran di Tamba, wilayah Samosir, Tobasa, Sumatera Utara 9 April 1961. Pernah kuliah di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Bandung (STIEB) dan Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran Bandung. Ia dikenal sebagai seorang penulis puisi, cerpen, esai, novel, skenario, dan lainnya.
Ginjal adalah organ tubuh penting yang memiliki banyak pembuluh darah. Di dalam tubuh manusia terdapat sepasang yang berfungsi sebagai sistem filter dan membuang sampah dari tubuh, keseimbangan cairan, memproduksi hormon yang mengatur tekanan darah, membantu pembuatan sel darah merah, dan mengaktifkan vitamin D untuk kesehatan tulang.
CAPD adalah metode cuci darah manual bagi penderita gagal ginjal. Selain CAPD, metode lainnya menggunakan mesin. CAPD yang dipakai Ari Tamba berkadar 1,5 persen. Dan setiap ritual itu juga, ia harus mencabut dan memasang catheter di daging perut yang terhubung dengan ginjal yang sedikit masih berfungsi.
Tak hanya soal waktu, uang membeli cairan dan obat pendukung juga harus dipikirkan. Setiap cuci darah, ia menghabiskan satu kantong CAPD. Harganya, tak tanggung-tanggung yakni Rp1,6 juta untuk 30 kantung CAPD yang dipakai selama seminggu.
Selama satu bulan sebanyak 120 kantung CAPD, ia menyiapkan kocek total Rp6,4 juta. Belum obat pendukung bulanan Rp300 ribu. Itu juga, obat generic yang harganya murah. Ada lagi, setiap 6 bulan harus cek catheter di perutnya dengan biaya Rp400 ribu. “Cuma itu cara untuk menyambung hidup. Cara lainnya, tidak mungkin lagi,” ujarnya.
Namun kondisi Ari Tamba berbeda dengan Ira. Ia perempuan berusia 27 tahun asal Medan, Sumatera Utara. Kedua ginjalnya masih sehat. Namun ia mengirimkan posting ke satu media blogspot tentang keinginannya menjual salah satu ginjalnya. “Benar, saya ingin menjualnya,” ujarnya kepada saya melalui telepon selelurnya.
Di media blogspot itu, puluhan orang lainnya menulis posting yang sama; menjual ginjal. Hanya sedikit yang memberikan saran dan pendapat agar mempertimbangkan ide itu.
Soal harga penawarannya, bervariasi. Ada yang ingin menjual Rp200 juta, bahkan ada yang mencantumkan penawaran Rp700 juta untuk satu ginjalnya. Calon penjual ginjal ini, lengkap menggambarkan kondisi kesehatan. Juga identitas email dan nomor telepon yang bisa dihubunginya.
Alasannya bermacam-macam. Kebanyakan menyangkut himpitan ekonomi. Dari yang terlilit hutang, biaya pengobatan orang tua, membiayai hidup hari-hari untuk keluarga, dan membahagiakan rumah tangga. “Saya bingung butuh uang untuk menutupi utang-utang saya, dan ingin membahagiakan keluarga. Saya berniat menjual ginjal saya,” tulis seseorang bernama Adhe di posting.
“Duh… jangan jual ginjal dong. Boro-boro punya niat, cuma dengar aja sudah ngeri banget!!! Memang nggak ada yang bisa dilakuin lagi, sampai kepikiran jual ginjal sendiri. Coba deh, bagi yang berniat menjual ginjal mohon dipikirin lagi,” ujar penulis posting lainnya.
Mengutip dari Scientificamerican, jika hanya memiliki satu ginjal saja, maka organ tersebut harus bekerja lebih keras. Karena nefron ginjal atau suatu unit terkecil dari ginjal yang memiliki fungsi untuk menyaring darah dan terletak pada lapisan luar ginjal, akan berkurang fungsinya sebesar 1 persen setiap tahunnya setelah seseorang berusia 40 tahun.
“Saya ingin tetap menjual salah satu ginjal saya. Apapun dampak negatifnya,” ujar Ira. Tegas.
Ira mengatakan, terlilit hutang pinjaman dengan pihak Bank Mandiri puluhan juta rupiah. Ia tak tahu lagi, harus bagaimana melunasi cicilan utang itu yang setiap bulannya Rp4 juta. Utang itu dipinjam untuk membuka usaha warung internet di Kota Medan sebesar Rp50 juta dengan jaminan sertifikat tanah milik orang tuanya.
Setiap hari, Ira harus berpikir mencari uang untuk membayar cicilan bank. Putus asa. Dari internet ia akhirnya tahu bahwa yang memungkinkan untuk mendapatkan uang banyak adalah dengan menjual salah satu ginjalnya. “Harganya besar juga. Saya ingin menjualnya 700 juta (rupiah),” ujar Ira.
“Uang segitu pasti banyak. Dan tidak pernah liat uang sebanyak itu. Uang itu, selain untuk lunasi utang, bisa buat bantu orang tua, perbaiki tempat usaha, dan lainnya,” ujar Ira.
Niat menjual ginjal juga sempat dilakukan Adriani, perempuan kelahiran Bogor, Jawa Barat 11 Juni 1979 yang kini bekerja dan menetap di Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Pada November 2009, ia menawarkan jual ginjalnya di media blogspot yang sama dengan Ira.
Kepada saya melalui telepon selulernya. Ide ‘gila’ itu terpaksa dilakukan karena usaha orang tuanya kena tipu oleh rekanannya, dan harus menanggung utang dengan bank sebesar Rp350 juta. Sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, Ira harus berani mengambil resiko mempertahankan kondisi keluarganya. “Jalan terakhir adalah menawarkan ginjalnya,” ujar dia.
Setelah posting itu, sudah ada beberapa orang mengirimkan email yang menyatakan berminat untuk membeli ginjalnya. Namun tiba-tiba niat jual ginjal dibatalkan. Ia mencoba menggadaikan SK pengangkatan dirinya menjadi PNS untuk mendapatkan pinjaman. Hasilnya, pinjaman sebesar Rp90 juta dari bank diperolehnya.
“Kadang yang bikin aku putus asa adalah, gajiku tinggal 400 ribu (rupiah), karena dipotong bayar cicilan ke bank. Tapi, sekarang sudah legaan. Ada jalan lain untuk lepas dari masalah,” ujar Ira.
19 Komentar
ginjal sehat tanpa da penyakit...
harga'a 700jt(masih bisa dilego)..
cp:99006911
email:kyo_shiro2721@yahoo.com
ym:kyo_shiro2721
saya laki-laki 26 thn,sehat tanpa narkoba
harga 500jt
hubungi
081936587049
umur 23 th,sehat,tidak minum minuman keras dan tidak merokok
gol darah ab
harga 700 juta(nego)
utk bayar kuliah kedokteran
hub 085749700016
serius
saya de'javu , wanita berumur 21 thun tnggal di bgor.
mau tnya , anda dah dpet ginjal yg ccok blund ? saya mu nawarin ginjal saya ,, gga mhal quk .
saya cman btuh uang 200 jta , anda bleh cek kecockan dluu qlu trnyata cocok anda ckup byar 200 jta ajh .
semua biaya rmah skit dan tetk bngek'y anda yg byar ..
bsa lngsung hubungi kontak person saya di nomer 087770696955 .
saya tnggu kbar anda .
thx's ...
Harga tidak masalah,bisa nego, hub secepatnya