Simponi Alam Jadi Ambisi

Manusia dan alam menjadi satu kesatuan yang sulit dipisahkan menjadi objek menarik dalam lukisan. Bahkan menjadi gambaran menarik dari sisi persoalannya. Manusia yang lekat dengan kekuasaan dan manusia yang menjadi objek usaha memeroleh ambisinya dengan segala upaya.

Fenomena manusia dan alam ini, terpancar jelas pada pameran Symphony of Life karya tunggal Nyoman Sujana Kenyem yang berlangsung pada akhir Nopember 2008 Kemang Village oleh Fantastic Art Gallery.

Manusia digambarkan sebagai sosok penghuni alam semesta yang berupaya mengejar keinginannya walau jalan yang ditempuhnya berkelok-kelok. Untuk ambisinya itu, ada yang berhasil dan tak sedikit yang gagal. Fenomena tentang manusia lainnya, saat ini berlakunya pengkotak-kotakkan status sosial.

Nyoman Sujana menggambarkan manusia dari berbagai ragam masalahnya. Ia seakan menguak keliukan manusia yang berbondong-bondong mendapatkan ambisinya. Seperti pada lukisannya berjudul Perjalanan di Great Wall. Lukisan dengan media on canvas ini mengesankan keriuhan manusia yang berjalan ke kehidupan yang lebih tinggi.

Lamban laun pada setiap kelokan, jumlahnya semakin berkurang. Dan di fase terakhir, menjadi antrean yang satu per satu berada pada puncak ambisinya. Nyoman menggambarkan manusia pada dua warna, kuning dan putih yang akhirnya masuk bergantian di puncaknya.

Kondisi yang hampir sama juga terlihat pada lukisannya yang berjudul Lintasi Senja di Great Wall. Namun, kelokan ketinggian mencapai puncak kehidupannya lebih terjal dengan jumlah manusia yang lebih sedikit. Untuk lukisan ini, diperankan oleh tiga warna model manusia; putih, kuning dan merah.

Lukisan Perjalanan di Great Wall dan Lintasan Senja di Great Wall, manusia hanyalah sosok kecil yang diapit oleh tembok dan pergunungan yang besar dan berdiri megah. Gerusan kuas Nyoman bergerak searah pada satu titik dengan lintangan berkelok dengan menciptakan gelombang dan irama dinamis. Akan ditemukan jeritan himpitan manusia yang membentuk simponi kehidupan.

Tak hanya sebatas ambisi yang menjadi apresiasi karyanya. Manusia juga ditempatkan sebagai mahluk yang baik dengan segala upaya agar tidak terjerumus menjadi jahat. Sedangkan manusia yang berprilaku jahat mudah terjerumus dalam arus kehancurannya.

Tengoklah pada lukisan bertajuk Berjuang Melawan Arus, manusia berpakaian putih yang identik dengan kebaikan, berupaya menghambat masuk ke dalam pusaran arus sambil berpegang pada daun. Sedangkan sosok jahat berpakaian merah, tanpa berpegang pada apa pun, sudah berada pada pusat arus.

Fenomena karya Nyoman Sujana ini, bergelut ke arah filosofi penanda. Daun dijadikan sebagai kekuatan semesta alam yang bergelut pada kehidupan. Sedangkan manusia hanyalah bagian kecil dari isi alam. Semakin banyak fenomena alam dan isinya, akan melahirkan pembentukan baru fenomena sosial.





Reactions

Posting Komentar

0 Komentar

Close Menu