Perang Tarif Belum Lagi Reda

Perang tarif telepon seluler kian gencar. Masing-masing operator seluler memberikan iming-iming tarif murah dengan segala fasilitas dan sarana yang lebih memadai. Ada dengan janji gratis Short Messenger System (SMS) sampai percakapan murah seluruh nusantara, atau bebas roaming.

Sudah pasti, perang ini tidak serta merta menguntungkan masyarakat pengguna. Pada prakteknya, tarif murah hanya berlangsung di antara pengguna dalam satu operator. Ketika menyebrang ke operator lain, tarif bisa selangit. Perbedaan bisa 100 persen dari tarif dasarnya.

Persoalan perbedaan tarif antar operator telepon seluler inilah yang dinilai cenderung memberatkan masyarakat. Pengguna telepon seluler merasa enggan menghubungi telepon lain jika mengetahui berbeda operator. Persoalan itu seharusnya bisa segera dicarikan solusinya untuk berkomunikasi hemat.

“Jika ini memberatkan penggunanya, masyarakat harus lebih teliti dan cermat. Abaikan jika ingin berkomunikasi dengan operator yang berbeda,” ujar Mas Wigrantoro Roes Setiyadi, teoritisi telemedia.

Jika langkah seperti itu dilakukan, menurut Mas Wig, tarif murah mungkin justru akan menjadi bumerang bagi pihak operator. “Biarkan saja sesama operator bersaing soal tarif. Cuma itu caranya agar mereka mau menurunkannya,” ujarnya.

Keterlibatan pemerintah untuk menurunkan, bahkan mempersamakan tarif, lanjut Mas Wig, sulit dilakukan. Menurutnya, pemerintah tidak boleh mengintervensi terlalu jauh dengan bisnis ini. Apalagi membuat ketentuan pemberlakukan tarif yang sama. Harus ada perbedaan antara perusahaan negara (Telkom) dengan operator lainnya.

“Bukan persoalan Telkom perusahaan negara atau bukan, tapi ini menyangkut pemain lama yang sudah menguasai infrastruktur telekomunikasi. Harus ada perhitungan operator baru yang ingin bersaing dengan bidang ini, “ ujarnya.

Pasar seluler untuk Indonesia, di perkirakan masih mencapai 27 persen dari total penduduknya. Sedangkan Filipina yang jumlah penduduknya lebih rendah, mencapai 45 persen. Dengan persentase ini, maka Indonesia menjadi negara yang potensial masuknya kompetitor lainnya untuk ikut meramaikan bisnis seluler.

Di Indonesia, operator telepon seluler berbasis GSM dimainkan oleh empat perusahaan. Telkomsel, Indosat, Excelcomindo Pratama dan PT. Hutchison CP Telecom Indonesia (HCPT) yang baru meluncurkan 3 (Tri). Sedangkan untuk berbasis CDMA yakni, PT. Telkom, PT. Bakrie Telecom, PT. Mobile 8 Telecom.

Bertambahnya operator, tetap saja akan mematuhi berbagai macam biaya yang sudah harus disiapkan. Seperti biaya interkoneksi untuk pangilan antar operator dan biaya terminasi untuk panggilan sesama operator. Biaya interkoneksi sat ini Rp100 per menit. Sedangkan biaya terminasi sebesar Rp73 per menit.

Joy wahyudi, Direktur Commerce PT. Excelcomindo Pratama, mengemukakan tarif telepon seluler di Indonesia masih cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan negara ASEAN dan negara yang baru berkembang lainnya. Sebenarnya, kata dia, menyamakan tarif dasar bisa saja dilakukan, namun semuanya tergantung dari masing-masing operator itu sendiri.

“Ini menyangkut bisnis. Cenderung turun bisa saja, tapi untuk menyamakan semua operator, rasanya itu tidak mungkin. Minimal, tidak terlalu jauh tarif koneksi antar operator,” ujarnya.

Untuk meminimalkan tarif antar operator itu, menurutnya, yang perlu dilaksanakan terlebih dahulu adalah memperbaiki infrastrukturnya. Misalnya memikirkan atau menyiasati pengeluaran yang dibebankan oleh operator itu sendiri, seperti beban frekuensi dan pembayaran biaya terminasi sesama operator.

“Cost Sharing Tower, sudah mengurangi beban operator. Karena, itu juga menjadi cost yang cukup besar,” ujarnya.

Masing-masing operator memunyai beban pengeluarkan yang harus diperhitungkan. Sehingga ada perencanaan yang tepat agar bisa mempertimbangkan rencana tarif murah. Joy menyadari, beban yang paling dirasa oleh konsumen adalah tarif dari operator yang berbeda. Namun tentang tarif itu juga, sudah ada ketentuan dari pemerintah yang mengaturnya.

Walaupun semakin banyak kompetitor di bisnis ini, Joy mengatakan, tetap sulit diberlakukan tarif dasar sama antar operator. Yang mungkin dilakukan oleh operator, menurutnya, menurunkan biaya percakapan yang dilakukan konsumen yang berbeda operator.

“Ketentuan yang mengatur semuanya. Dari tarif dasar operator, tarif koneksi antar operator, dan ketentuan lainnya. Itu yang kita ikuti. Pemerintah juga, harus mengatur industri ini tumbuh dengan sehat,” ujarnya lagi.

Reactions

Posting Komentar

1 Komentar

Anonim mengatakan…
[url=http://firgonbares.net/][img]http://firgonbares.net/img-add/euro2.jpg[/img][/url]
[b]discount software sites, [url=http://firgonbares.net/]microsoft software for sale[/url]
[url=http://firgonbares.net/][/url] shop builder software sell my softwares
photoshop elements 3 for mac [url=http://firgonbares.net/]virtual store software[/url] nero vision express
[url=http://firgonbares.net/]for selling software products[/url] academic software final
[url=http://firgonbares.net/]coreldraw graphics suite x4 keygens[/url] adobe photoshop cs3 free trial
college student discount software [url=http://firgonbares.net/]physician office software[/b]
Close Menu