Nunik Maharani Maulana,

“Koran Sarapan Pagi Saya…”

Di rumahnya yang sederhana di kawasan Duren Sawit, Jakarta Timur, tak banyak perabotan yang menghiasi ruang tamu. Hanya ada sebuah lukisan besar dengan obyek suasana kehidupan sebuah kota, dan satu set kursi tamu.

Rumah itu milik Nunik Maharani Maulana, seorang perempuan pekerja yang menjalani kariernya di beberapa perusahaan asing yang bergerak di Indonesia. Kebanyakan di bidang minyak, gas dan pertambangan. Posisinya selalu berhubungan dengan kehumasan. Tak ayal lagi, namanya pun sering dimuat media massa.

Nunik lahir di Jakarta, 10 Januari 1969. Awal kariernya dimulai pada akhir tahun 1990, menjadi seorang Sekretaris di PT. Wardley James Capel Indonesia. Empat bulan kemudian, dia sudah pindah ke PT. Morgan Grenfell Asia Indonesia, juga menjadi sekretaris.

Di perusahaan kedua ini, Nunik hanya bertahan tiga bulan. Dia pun kembali ‘bertualang’ ke perusahaan lain, sebagai Sekretaris General Manager PT. Kaltim Prima Coal (KPC). Di perusahaan batubara yang berdomosili di Kalimantan Timur itulah, kariernya mulai diperhitungkan. Kalangan manajer menyarankan agar dia tidak hanya menjadi sekretaris. “Jabatan seorang sekretaris sulit berkembang,” tuturnya.

Di pertengahan 1994 hingga akhir tahun, dia pindah ke Century Zinc Limited, Australia dengan posisi sebagai Sekretaris General Manager. Hanya beberapa bulan, dia kemudian ditawari bekerja sebagai Sekretaris Presiden Direktur PT. Kelian Equatorial Mining (KEM) dan sekaligus di Rio Tinto Indonesia. Perusahaan terakhir itu adalah pemegang saham PT. KPC.

Dia kemudian mengajukan ke manajemen perusahaan agar bisa bersekolah lagi. Pikirnya, bila orang asing bisa sekolah lagi sambil bekerja, orang Indonesia pun harus bisa. “Di perusahaan itu, saya termasuk perempuan yang nekad menyampaikannya,” ujar alumnus Akademi Sekretaris LPK Tarakanita tahun 1990 ini.

“Noke Kiroyan, Presiden Direktur PT. KEM memberi saran agar karier saya tidak hanya sekadar sekretaris. Saya diminta mengembangkan diri. Akhirnya, saya sekolah di London School of Public Relations, Australia,” ujar lulusan tahun 2002 itu.

Gayung bersambut, usai dari sekolah itulah ibu tiga anak ini mulai meniti karier sebagai public relations. Di Rio Tinto Indonesia, kariernya dimulai dari Public Relations Officer. Setahun kemudian menjadi Manager. Dan hanya dua bulan saja, dia sudah menempatkan posisi sebagai Deputy Director Public Relations.

“Pokoknya, kerjaannya nggak jauh-jauh amet dari kehumasan, berhubungan dengan media massa. Memberikan statemen, agar masyarakat tidak menafsirkan salah tentang kebijakan perusahaan,” ujarnya.

Beberapa bulan kemudian, dia dipercaya menjadi Manager External Relations PT. KPC. Di sinilah dia ‘bertarung’ dengan media massa, saat perusahaannya sedang dirundung aksi unjuk rasa divestasi 50 persen KPC oleh pemerintah Kalimantan Timur.

“Di sini fungsi seorang humas perusahaan untuk menyampaikan informasi dan tidak takut dengan berbagai persoalan,” ujarnya.

Di awal tahun 2003, Kaltim Prima Coal (KPC), perusahaan batubara di Sangatta, Kalimantan Timur terjadi demo oleh organisasi massa (ormas) pemuda soal divestasi 51 persen saham KPC. Di sebuah media harian lokal setempat, termuat pernyataan, ’Aksi demo dilakukan oleh kelompok liar’.

“Itu tidak benar. Saya tidak pernah menulis pernyataan itu. Dalam siaran pers yang saya kirimkan ke media, tidak ada tulisan ‘kelompok liar’. Ada pihak yang ingin menjatuhkan reputasi saya,” ujarnya.

Atas kejadian itu, dia memilih berbicara langsung dengan ketua ormas itu. Dia menolak masalah diselesaikan pihak lain. Ancaman diculik akhirnya kerap diterimanya. Di Jakarta pun, teror itu diterima. Dengan situasi seperti itu, banyak karyawan yang menduga Nunik tidak berani kembali lagi bekerja.

“Saya datang dan semua karyawan kaget. Mereka berpikir saya akan menetap di Jakarta dan tidak akan kembali bekerja,” ujarnya.

Hal itu menjadi pelajaran berharga untuk kariernya. Dia menilai, peran media massa sangat penting sebagai mediasi antara perusahaan tempatnya bekerja dengan masyarakat. “Saya sering melakukan pertemuan dan menganggap wartawan adalah seorang kawan. Bukan hanya sekedar partner kerja,” katanya.

Meski para wartawan tak henti-hentinya menelepon, dia tetap membuka diri untuk memberikan penjelasan berbagai persoalan di perusahaannya. “Telepon seluler tidak pernah saya matikan. Ada informasi atau tidak, saya akan tetap menjawab apa adanya,” ujarnya.

Menurutnya, saat ini banyak public relations yang malas membaca koran. Ketika ada kejadian menyangkut perusahaannya, barulah seorang humas sibuk mencari kebenaran dan tanggapan untuk sebuah berita. Padahal, seorang humas, menurutnya, harus mengetahui perkembangan berita apa pun.

“Sarapan pagi saya adalah koran. Saya orang yang harus kali pertama membaca koran sebelum atasan. Jika ada pemberitaan, saya yang pertama menyampaikannya. Jangan sampai atasan mengetahui terlebih dulu,” ujarnya.

Yang juga perlu diperhatikan oleh seorang public relations, kata dia, sering menyapa wartawan. Tidak harus pada saat mengadakan siaran pers. Minimal, lanjutnya, sekadar menanyakan kabar atau berdiskusi kecil di luar kesibukan kantor.

Hal seperti ini pulalah yang memudahkannya pindah ke perusahaan baru yang diminatinya. Ia selalu mendapatkan berbagai informasi yang diperlukannya. Setelah keluar dari PT. KPC, dia menjadi Manager Corporate Communications Chevron Indo Asia. Hanya tiga bulan, pindah ke PT. Newmont Pacific Nusantara. Setahun kemudian dan hingga kini, pindah lagi ke IFC Pensa (Internasional Finance Corporation) menjadi konsultan komunikasi. “Entah ke mana lagi,” katanya.

Reactions

Posting Komentar

1 Komentar

Unknown mengatakan…
Yth Ibu Nunik Maharani Maulana,

Saya sempat baca tulisan Ibu di Koran Tempo,Rabu, 11/02/09, tentang CSR.
Tertarik dengan tulisan tersebut, saya coba mencari tahu alamat dan telp Ibu ke Telkom (108)mengunakan Kiroyan and Partners. Tetapi, pihak Telkom tidak memiliki informasinya.

Kemudian saya buka situs Kiroyan and partners, sampai menulis seperti ini.

Saya bersama teman-teman di Puslit Kemasyarakatan dan Kebudayan - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PMB-LIPI) mempunyai kegiatan penelitian tentang CD/CSR perusahaan industri yang sudah dilakukan dalam tiga tahun terakhir. Tahun ini, kami ingin melakukannya di PT Newmont di NTB.

Sebelum ke lapangan, PMB - LIPI mengadakan seminar desain penelitian pada tanggal 17 Maret 2009, pukul 13.00. Kami ingin mengundang Ibu sebagai pembahasnya.

Demikian, mohon tanggapan/konfimasi secepatnya.

Atas perhatian Ibu, kami haturkan terima kasih.


M. Azzam Manan,
PMB-LIPI,
e-mail: azzam1958@yahoo.com
e-mail: dtpk_anies@yahoo.co.id
aniesyang@gmail.com
Telp. 0813 83804995 (Azzam)
0816 859556 (Anies)
Close Menu