Sebagai seorang pekerja buruh, Chaerul bingung untuk biaya pengobatan anaknya. Dia langsung mengajukan
“Untuk mengurus SKTM saja, tidak mudah. Beberapa prosedural harus diikuti. Dari
“Tidak urus untuk gratis penuh? Tanya saya.
“Maunya gratis penuh. Tapi, harus ngurus lagi di Tanah Abang (Kantor Balaikota DKI
Dia memperlihatkan pelbagai dokumen SKTM. Di bagian Surat pengantar dari RT001/RW 012, Kelurahan Penjaringan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara itu tertera; “menerangkan bahwa orang tersebut diatas adalah warga kami yang tidak mampu. Mohon keringanan biaya perawatan anaknya yang bernama Haerunisa Putri Utami di RSCM.”
Sudah sepekan lamanya, anaknya yang berusia dua tahun tujuh bulan dirawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusomo (RSCM). Tepatnya di bagian mata ruang Irna B lantai III kanan. Di ruangan itu, berjejal tempat tidur yang sebagian besar didiami orang dewasa. Hanya ada fasilitas kipas angin gantung. Kamar mandi, terlihat agak bersih.
Sebagai pasien tidak mampu, kegiatan rutin yang harus dilakukan adalah mengandakan semua dokumen SKTM. Dokumen itu diperlukan untuk menebus obat maupun keperluan lainnya di apotik rumah sakit. “Bertumpuk dokumen. Supaya tidak repot, ya foto copy sebanyak-banyaknya,” ujar Chaerul.
“Kalau mau nebus obat, resep yang ditulis dokter harus difoto copy tiga rangkap. Kemudian dilampirkan juga SKTM dan kartu identitas,” katanya lagi.
Dia tidak memperdulikan minimnya sarana dan prasarana rumah sakit. Apalagi dengan statusnya sebagai warga tidak mampu. Namun yang menjadi masalah, kurangnya informasi atau tuntunan dari pihak rumah sakit untuk mengurus SKTM. Sehingga, banyak pasien yang memilih pasrah dan tidak memperoleh pengobatan gratis penuh.
“Kita sebenarnya ngerti dengan kondisi RSCM. Apalagi, mendapat keringanan biaya. Alangkah baiknya, ada tuntunan bagi warga miskin kalau mau mengurus pengobatan gratis penuh,” papar Chaerul.
Beberapa jenis
Namun tak usah gusar. Di RSCM ada orang tertentu yang siap menjadi perantara pengurusan SKTM atau
Andi, bukan nama sebenarnya, salah seorang perantara kepada saya mengatakan, pengurusan yang dilakukan hanya sebatas memperoleh
“Sama-sama dari kalangan tidak mampu, akhirnya saya membantunya. Soal upah, terserah dan tidak memaksa,” ujar dia.
Menurut dia, banyak pasien tidak mampu yang belum mengerti jalur dan prosedur pengurusannya. Dialah yang memberikan jalan keluar dan saran serta tidak sungkan-sungkan menjadi ‘administrasi’ petunjuk. Dari melengkapi
“Banyak pasien yang dari daerah, yang minta bantuan. Saya ikhlas dan tidak berharap dapat imbalan besar,” tutur Andi. Ia menambahkan, “kasihan, sudah tidak mampu dan harus bingung.”
1 Komentar